JURNAL KULINER – Sejarah mie ayam wonogiri sebenarnya tidak secara resmi tertulis dalam literasi dan buku-buku. Meskipun demikian dari berbagai jenis mie ayam, cuma daerah Wonogiri yang kini menyebar dan penulis sendiri menyukainya.
Ciri khas mie ayam wonogiri yang berbumbu kuat membuat siapa saja jatuh cinta. Keberadaannya di daerah asalnya sendiri, diyakini di masa lampau menjadi makanan sehari-hari masyarakatnya.
Asal Usul Mie Ayam di Indonesia, Awalnya dari Daging Babi
Namun, mie ayam wonogiri merupakan modifikasi dari masakan China. Sebagaimana diketahui, mie atau bakmi di Negeri Tirai Bambu adalah salah satu makanan ikon. Dan asal usul mie ayam di indonesia memang berasal dari Bangsa China.
Mie sampai di nusantara tidak lepas dari peran bangsa China yang menyebar ke penjuru dunia. Namun, olahan mie asli masyarakat China diberikan campuran minyak serta daging babi. Seiring dengan masuknya agama Islam, mie babi dari China mengalami modifikasi dan diganti dengan daging ayam yang halal.
Di masa lalu sudah biasa jika ada orang yang menyebut “bakmi” berarti adalah mie yang mengandung minyak babi. Akan tetapi di masa sekarang bakmi menjadi lebih universal. Bakmi juga di masa lalu dijadikan semacam kata kunci bagi pedagang yang telah menambahkan bumbu dan minyak babi.
Kaum Boro Wonogiri dan Penyebaran Gerobak Mie Ayam Warna Biru
Kabupaten Wonogiri yang memiliki daerah kering dan tandus, membuat sebagian masyarakatnya merantau ke kota besar di Pulau Jawa. Jakarta adalah tujuan para Kaum Boro dari Wonogiri.
Diaspora Kaum Boro ke Jakarta, beberapa di antaranya ada yang bekerja serabutan, kuli bangunan, dan menjadi asisten di tempat makan milik etnis Tionghoa.
Salah satu suksesor penjual mie ayam asal Wonogiri adalah Sakeja yang berasal dari daerah Baturetno. Dirinya sudah berjualan sejak tahun 1970-an di Jakarta.
Sakeja mulai merantau ke Jakarta pada tahun 1973. Pada mulanya dirinya adalah pekerja bangunan, namun atas saran dari pamannya dirinya diminta belajar mengolah mie ayam. Namun hingga satu bulan lebih dirinya belum mahir mengolah mie ayam dan memilik bergabung dengan pengusaha mie.
Setelah mahir memasak, Sakeja kemudian memilih mandiri. Pada awalnya ia berjualan mie ayam keliling hingga memiliki warung sendiri di kawasan Kota Lama Jakarta.
Sakeja yang sukses menjadi pengusaha mie ayam kemudian menginspirasi para Kaum Boro lainnya. Hingga pada tahun 1980-an Jakarta menjadi ramai dengan kemunculan para pedagang mie ayam keliling. Menariknya meraka kompak menggunakan cat berwarna biru pada gerobaknya.
Jadi jika Anda menumukan penjual mie ayam dengan gerobak berwarna biru, sudah dapat dipastikan berasal dari Wonogiri.
Cita Rasa Mie Ayam Wonogiri yang Khas
Bahan pokok mie ayam Wonogiri adalah bakmi yang direbus yang disajikan bersamaan semur ayam, sayur sawi, dan daun bawang.
Rahasia kelezatan mie ayam wonogiri ada pada racikan minyak yang dibuat dari minyak kelapa, jahe, lada, ketumbar, kulit ayam, dan bawang putih.
Kemudian bumbu semur yang dipakai sebagai pelengkap mi ayam juga memiliki rasa yang enak. Semur mie ayam terbuat dari daging ayam yang dipotong kecil yang dibumbui dengan kemiri, bawang putih, gula merah, kecap, serai, bawang merah, daun jeruk, daun salam, dan lengkuas.
Cita rasa mi ayam Wonogiri cenderung manis dan gurih. Dengan demikian, berbeda dengan rasa mi ayam dari China yang lebih gurih dan asin.
Fakta menarik dari mie ayam adalah tidak ada di China meskipun berasal dari negeri tersebut. Dengan demikian mie ayam dapat dikatakan sudah menjadi kuliner asli Indonesia.
Meskipun demikian Anda dapat menemukan mie ayam di negara China yaitu di daerah Fujian dan Guandong. Tentunya rasa dari olahan tersebut berbeda dengan yang dijual di nusantara.
Selain sejarah mie ayam wonogiri, simak artikel kuliner menarik lainnya hanya di Jurnal Kuliner, Website Kuliner Indonesia.
Discussion about this post